Pengertian Vulkanisme, Gejala Vulkanisme, & 3 Tipe Gunung Api

Vulkanisme adalah gejala alam akibat pergerakan magma yang terkandung didalam perut bumi. Magma berada di bawah kulit bumi dan berbentuk cair serta berpijar. Magma dapat bergerak naik ke permukaan bumi melalui saluran-saluran seperti pipa yang disebut diatrema. Magma yang telah sampai di permukaan bumi disebut lava atau
lahar.
      Peristiwa vulkanisme dapat mengubah kulit bumi sehingga terdapat bentuk permukaan bumi yang seperti cekungan. Pada gunung berapi, cekungan ini akan berbentuk seperti mangkuk yang menampung lava, kita menyebutnya kawah. Kawah yang tidak terdapat di puncak gunung dan berukuran sangat luas disebut kaldera.
      Berdasarkan tempat keluarnya magma ke permukaan bumi proses ekstrusi atau erupsinya dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a. Erupsi sentral, yaitu magma keluar dengan cara memusat pada sebuah titik seperti kawah atau kepundan gunung api.
b. Erupsi linear, yaitu magma keluar melewati jalur patahan tanah yang memanjang sehingga tampak seperti garis yang memanjang.
c. Erupsi areal, yaitu magma keluar ke permukaan bumi di areal yang luas karena dapur magmanya sangat dangkal.

Gejala-Gejala Vulkanisme
      Peristiwa vulkanisme atau letusan gunung api selalu diikuti oleh keluarnya materi-materi dari dalam bumi baik yang berupa cair yang disebut lava atau yang berupa padat yang disebut bahan
piroklastika. Bahan-bahan piroklastika meliputi batu-batu besar (bom), batu-batu kecil (lapili), kerikil, pasir, dan abu vulkanis.
a. Gejala Awal Vulkanisme
        Sebuah gunung api yang akan meletus biasanya didahului oleh gejala-gejala awal atau tanda-tanda, yaitu sebagai berikut.
1) Sering terdengar suara gemuruh yang ditimbulkan oleh naiknya magma.
2) Asap semakin tebal akibat panas magma.
3) Suhu naik di sekitar kawah.
4) Sumber air banyak yang kering.
5) Tanaman banyak yang layu atau kering.
6) Hewan-hewan menuruni gunung karena adanya perubahan pada suhu tanah.
b. Gejala-Gejala Post Vulkanis
       Di sekitar gunung api yang sudah tidak aktif atau sedang beristirahat banyak dijumpai gejala-gejala alami yang disebut gejala-gejala post vulkanis. Gejala-gejala itu antara lain sebagai
berikut.
1) Ekshalasi, yaitu keluarnya sumber-sumber gas yang terdiri atas sumber gas belerang (H2S) disebut solfatar, sumber gas gas asam arang (CO2) disebut mofet, dan sumber uap air (H2O) disebut fumarol.
2) Mata air makdani, yaitu sumber air panas yang mengandung mineral-mineral tertentu seperti belerang atau sulfur. Contohnya di Baturaden Jawa Tengah, serta Ciater dan Maribaya di Jawa Barat.
3) Geiser, yaitu sumber air panas yang memancar secara periodik karena adanya tekanan gas magma yang mendorong air di atasnya. Contohnya geiser yang terdapat di Taman Nasional Yellowstone Amerika Serikat.
Pengertian Vulkanisme, Gejala Vulkanisme, & 3 Tipe Gunung Api
Geiser di Taman Nasional Yellowstone Amerika Serikat.

3 Tipe Gunung Api
       Bentuk-bentuk gunung pada permukaan bumi dapat terjadi karena beberapa sebab. Sebab pertama yaitu karena adanya lipatan pada kulit bumi. Adapun yang kedua karena adanya penumpukan kulit bumi yang disebabkan oleh erupsi magma dari perut bumi. Penumpukan kulit bumi karena erupsi magma disebut gunung api.
Bentuk gunung api ada berbagai jenis, antara lain sebagai berikut.
Pengertian Vulkanisme, Gejala Vulkanisme, & 3 Tipe Gunung Api
a. Gunung Api Kerucut
       Gunung api kerucut atau gunung api strato memiliki bentuk seperti kerucut. Jenis gunung api kerucut paling banyak ada di permukaan bumi. Gunung api ini terbentuk karena adanya erupsi efusif (magma yang meleleh) dan erupsi eksplosif (letusan magma).
       Letusan gunung api melepaskan eflata yang kemudian tertimbun di sekitar pusat erupsi. Eflata ialah bahan padat yang keluar karena tekanan erupsi. Timbunan lapisan eflata tersebut
kemudian menyatu dengan lava beku di sekitar pusat ledakan erupsi, sehingga membentuk badan gunung. Jenis gunung ini paling banyak terdapat di Indonesia. Contohnya Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Gunung Fujiyama.
b. Gunung Api Perisai
       Gunung api perisai memiliki lereng yang landai seperti perisai. Gunung api perisai terbentuk karena adanya lava cair yang membeku melalui erupsi effusif. Magma cair keluar dari perut bumi, dan meleleh ke sekitar pusat erupsi. Lelehan tersebut kemudian membeku dan membentuk badan
gunung. Contohnya Gunung Maona Loa, Kilauea di Kepulauan Hawaii.
c. Gunung Api Corong
       Gunung api corong atau gunung api maar terbentuk karena letusan yang kuat atau eksplosif yang membentuk timbunan eflata sehingga memiliki bentuk seperti corong. Lereng gunung api corong biasanya tidak terlalu curam seperti gunung api kerucut. Gunung api tipe ini memiliki bagian tengah yang kedap air disebut kepundan atau maar. Kepundan sebenarnya adalah kawah yang bila terisi hujan akan membentuk danau. Contoh danau yang terbentuk di gunung api corong misalnya Danau Klakah di Gunung Lamongan.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengertian Vulkanisme, Gejala Vulkanisme, & 3 Tipe Gunung Api "

Posting Komentar