Pada tahun 1614 sebenarnya VOC telah melakukan kontak dengan Mataram (Sultan Agung) yang melahirkan perjanjian 1614, berisi:Raja Mataram yang terkenal adalah Sultan Agung Hanyokrokusumo. Beliau di samping cakap sebagai raja juga fasih dalam hal seni budaya, ekonomi, sosial, dan perpolitikan. Beliau berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa seperti Gresik (1613), Tuban (1616), Madura (1624), dan Surabaya (1625). Setelah berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, Sultan Agung mengalihkan perhatiannya pada VOC (Kompeni) di Batavia. VOC di bawah pimpinan Jan Pieterzoon Coen berusaha mendirikan benteng untuk memperkuat monopolinya di Jawa. Niat VOC (kompeni) tersebut membuat marah Sultan Agung sehingga mengakibatkan Mataram sering bersitegang dengan VOC (kompeni). Kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613–1645). Cita-cita Sultan Agung adalah menyatukan kerajaan-kerajaan Jawa di bawah pimpinan Mataram. Raja Mataram Sultan Agung segera mempersiapkan penyerangan terhadap kedudukan VOC di Batavia.
1. Sultan memperkenankan Kompeni Belanda mendirikan kantor dagang (loji) di Jepara.
2. Belanda siap memberikan apa saja yang diminta Sultan Agung.
1. Mengusir Belanda dari tanah air Indonesia.
2. Belanda sering merintangi perdagangan Mataram di Malaka.
3. Belanda melaksanakan monopoli perdagangan.
Serangan pertama dilakukan pada tahun 1628. Pasukan Mataram yang dipimpin Tumenggung Baurekso tiba di Batavia tanggal 22 Agustus 1628. pasukan ini kemudian disusul pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul, yang dibantu dua bersaudara yakni Kiai Dipati Mandurojo dan Upa Santa. Namun serangan tersebut mengalami kekalahan. Kegagalan serangan pertama tidak mengendorkan semangat melawan Belanda. Sultan Agung menyusun kembali kekuatan untuk melakukan serangan kedua dengan matang dan cermat. Tidak kurang 1000 prajurit Mataram gugur dalam perlawanan tersebut. Mataram segera mempersiapkan serangan kedua Kali ini pasukan Mataram dipimpin Kyai Adipati Juminah, K.A. Puger, dan K.A. Purbaya.
Serangan pertama rakyat mataram ini gagal dikarenakan :
- Mataram kurang teliti memperhitungkan medan pertempuran
- Kekurangan perbekalan
- Kalah persenjataan
Pada tahun 1629 Sultan Agung kembali menyerang Batavia untuk kedua kalinya di bawah pimpinan Dipati Puger dan Dipati Purbaya. Serangan kedua inipun gagal. Selain karena faktor kelemahan pada serangan pertama, lumbung padi persediaan makanan banyak dihancurkan Belanda. Dalam peperangan itu Pimpinan VOC Y.P. Coen meninggal akibat penyakit colera, sehingga tentara Mataran mundur takut terserang penyakit.
Kemudian perlawanan rakyat Mataram dilanjutkan oleh:
1. Trunojoyo (1674–1709)
2. Untung Suropati (1674–1706)
3. Pangeran Mangkubumi dan Mas Said (1474–1755)
Isi Perjanjian Giyanti
Pada saat perlawanan Mangkubumi, terjadi kesepakatan damai dengan Belanda dengan ditandatanganinya Perjanjian Giyanti (1755) yang isinya:
1. Mataram dibagi menjadi dua yaitu Mataram Barat (Jogja) dan Mataram Timur (Surakarta).
2. Mangkubumi berkuasa di Mataram Barat dan Paku Buwono berkuasa di Mataram Timur (Surakarta).
Baca juga: Perang Puputan Bali, Perang Banjar, dan Perang-Perang lainnya, semoga bermanfaat :)
0 Response to "Perlawanan Rakyat Mataram / Perlawanan Sultan Agung Hanyokrokusumo Terhadap VOC (Isi Perjanjian Giyanti)"
Posting Komentar