Kabinet Natsir, Sukiman, Wilopo, Ali Sastroamijoyo I & II, Burhanudin Harahap, dan Kabinet Djuanda (Program Kerja, Keberhasilan, dan Jatuhnya Kabinet)

Terdapat tujuh kabinet yang memerintah dalam tahun 1950-1959 karena pada masa ini perkembangan partai politik diberikan kebebasan seluas-luasnya. Kondisi perpolitikan di Indonesia sebelum dilaksanakan Pemilu tahun 1955 ada dua ciri yang menonjol, yaitu munculnya banyak partai politik (multipartai) dan sering terjadi pergantian kabinet/ pemerintahan. Setelah kembali ke bentuk negara kesatuan, sistem demokrasi yang dianut adalah Demokrasi Liberal Sistem pemerintahannya adalah kabinet parlementer. 
Program Kerja, Keberhasilan, dan Jatuhnya Kabinet Natsir, Sukiman, Wilopo, Ali Sastroamijoyo I & II, Burhanudin Harahap, dan Kabinet Djuanda
 Kabinet-kabinet tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kabinet Natsir (7 September 1950 - Maret 1951)
   Pada tanggal 22 Agustus 1950 Presiden Sukarno mengangkat Muhammad Natsir dari Masyumi sebagai formatur kabinet. Lima belas hari kemudian kabinet berhasil dibentuk dengan nama Kabinet Natsir. Kabinet Natsir merupakan suatu Zaken Kabinet, intinya adalah Partai Masyumi. Kabinet ini menyerahkan mandatnya tanggal 21 Maret 1951, setelah adanya mosi yang menuntut pembekuan dan pembubaran DPRD Sementara. Penyebab lainnya adalah seringnya mengeluarkan Undang Undang Darurat yang mendapat kritikan dari partai oposisi.
Program Kerja Kabinet Natsir (7 September 1950 - Maret 1951)
 Program kerja Kabinet Natsir, antara lain:
1) mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilu Konstituante dalam waktu singkat
2) menggiatkan usaha mencapai keamanan dan ketentraman
3) memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
    Salah satu keberhasilan Kabinet Natsir adalah diterimanya Indonesia sebagai anggota PBB yang ke-60 pada tanggal 28 September 1950. Akhirnya Kabinet Natsir jatuh, karena mosi Hadikusumo dari PNI tentang pembekuan dan pembubaran DPRD Sementara.
 
b. Kabinet Sukiman (April 1951- Februari 1952)
   Dengan jatuhnya Kabinet Natsir, Presiden Sukarno menunjuk Dr. Sukiman Wiryosanjoyo dari Masyumi dan Dr. Suwiryo dari PNI untuk membentuk kabinet. Atas usaha dua orang formatur ini terbentuklah kabinet yang diberi nama Kabinet Sukiman dengan perdana menteri Dr. Sukiman dan wakil perdana menteri Dr. Suwiryo. Kabinet Sukiman merupakan koalisi antara Masyumi dengan PNI. Pada masa Kabinet Sukiman muncul berbagai gangguan keamanan, misalnya DI/TII semakin meluas dan Republik Maluku Selatan. Kabinet ini jatuh karena kebijakan politik luar negerinya diangap condong ke Serikat. Pada tanggal 15 Januari 1952 diadakan penandatanganan Mutual Security Act (MSA). Perjanjian ini berisi kerja sama keamananan dan Serikat akan memberikan bantuan ekonomi dan militer.
Kabinet Sukiman (April 1951- Februari 1952)
Program kerja kabinet Sukiman antara lain:
1) menjalankan tindakan-tindakan yang tegas sebagai negara hukum untuk menjamin keamanan dan ketentraman
2) mempercepat usaha penempatan bekas pejuang dalam lapangan pembangunan
3) menyelesaikan persiapan pemilihan umum Konstituante.
4) menjalankan politik luar negeri bebas aktif yang menuju perdamaian
5) memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia.
    Kabinet Sukiman jatuh, karena ditandatanganinya kerja sama keamanan Indonesia - Amerika Serikat berdasarkan Mutual Security Aids (MSA).
 
c. Kabinet Wilopo (April 1952- uni 1953)
    Kabinet Wilopo didukung oleh PNI, Masyumi, dan PSI. Prioritas utama program kerjanya adalah peningkatan kesejahteraan umum. Peristiwa penting yang terjadi semasa pemerintahannya adalah peristiwa 17 Oktober 1952 dan peristiwa Tanjung Morawa. Peristiwa 17 Oktober 1952, yaitu tuntutan rakyat yang didukung oleh Angkatan Darat yang dipimpin Nasution, agar DPR Sementara dibubarkan diganti dengan parlemen baru. Sedang Peristiwa Tanjung Morawa (Sumatra Timur) mencakup persoalan perkebunan asing di Tanjung Morawa yang diperebutkan dengan rakyat yang mengakibatkan beberapa petani tewas.
Program kerja kabinet Wilopo
 Program kerja kabinet Wilopo antara lain seperti berikut:
1) Bidang pendidikan dan pengajaran adalah mempercepat usaha perbaikan untuk pembaharuan pendidikan dan pengajaran.
2) Bidang perburuhan adalah melengkapi undangundang perburuhan.
3) Bidang keamanan adalah menyempurnakan organisasi alat-alat kekuasaan negara.
4) Bidang luar negeri adalah meneruskan perjuangan merebut Irian Barat.
    Kabinet Wilopo jatuh disebabkan karena Peristiwa Tanjung Morawa, Sumatra Utara yang ditunggangi oleh PKI yang berhubungan dengan masalah pembagian tanah.
 
d. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953 - 24 Juli 1955) 
    Kabinet Ali-Wongso-Arifin dibentuk pada tanggal 30 Juli 1953. Kabinet ini dikenal dengan Kabinet Ali Wongso (Ali Sastroamijoyo dan Wongsonegoro). Prestasi yang dicapai adalah terlaksananya Konferensi di Bandung 18-24 April 1955. 
 Program kerja kabinet Ali Sastroamijoyo I
 Program kerja kabinet Ali Sastroamijoyo I adalah sebagai berikut:
1) Bidang dalam negeri, meliputi keamanan, pemilihan umum, kemakmuran dan keuangan, organisasi negara, serta perburuhan.
2) Bidang Irian Barat adalah mengusahakan kembalinya Irian Barat ke dalam kekuasaan wilayah RI.
3) Bidang politik luar negeri, meliputi politik luar negeri bebas aktif, peninjauan kembali tentang hasil KMB.
    Keberhasilan Kabinet Ali adalah pada masa pemerintahannya berhasil melaksanakan Konferensi Asia Afrika di Bandung. Terjadinya peristiwa pergantian pimpinan Kepala Staf Angkatan Darat yang dikenal dengan “Peristiwa 27 Juni 1955”, beberapa anggota parlemen mengajukan mosi tidak percaya yang diterima oleh DPR.

e. Kabinet Burhanudin Harahap (Agustus 1955 Maret 1956)
    Kabinet Burhanuddin Harahap terbentuk pada tanggal 11 Agustus 1955. Kabinet ini dipimpin oleh Burhanudin Harahap dengan inti Masyumi. Keberhasilan yang diraih adalah menyelenggarakan pemilu pertama tahun 1955. Karena terjadi mutasi di beberapa kementerian, maka pada tanggal 3 Maret 1956 Burhanudin Harahap menyerahkan mandatnya.
Program Kerja Kabinet Burhanudin Harahap (Agustus 1955 Maret 1956)
 Program kerja Kabinet Burhanuddin Harahap antara lain:
1) mengembalikan kewibawaan moral pemerintah
2) melaksanakan pemilihan umum
3) memberantas korupsi
4) meneruskan perjuangan merebut kembali irian Barat.
    Keberhasilan Kabinet Burhanuddin Harapan adalah dapat menyelenggarakan pemilu pertama sejak Indonesia merdeka. Setelah hasil pemungutan suara dan pembagian kursi di DPR diumumkan, maka tanggal 2 Maret 1956 Kabinet Burhanuddin Harahap mengundurkan diri, menyerahkan mandatnya kepada Presiden Sukarno, untuk dibentuk kabinet baru berdasarkan hasil pemilu.

f. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (Maret 1956 Maret 1957)
   Kabinet Ali II dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No. 85 Tahun 1956.Program Kabinet Ali II disebut Rencana Lima Tahun. Program ini memuat masalah jangka panjang, misalnya perjuangan mengembalikan Irian Barat. Muncul semangat anti-Cina dan kekacauan di daerah-daerah sehingga menyebabkan kabinet goyah. Akhirnya pada Maret 1957, Ali Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya.
Program kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo II
 Program kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo II antara lain:
1) pembatalan hasil KMB
2) meneruskan perjuangan mewujudkan kekuasaan de facto Indonesia atas Irian Barat dan membentuk Provinsi Irian Barat
3) bidang dalam negeri, meliputi : memulihkan keamanan, memperbaiki perekonomian dan keuangan, memperkuat pertahanan, memperbaiki sistem perbuuruhan, memperluas dan meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran
4) bidang luar negeri, meliputi menjalankan politik luar negeri bebas aktif dan meneruskan kerja sama dengan negara-negara Asia Afrika.
    Keberhasilan Kabinet Ali II adalah membatalkan hasil KMB, membentuk Provinsi Irian Barat yang beribu kota di Soasio, Maluku Utara, dan pengiriman misi Garuda I ke Mesir.
Sebab-sebab jatuhnya Kabinet Ali Sastroamijoyo II:
1) Timbulnya pemberontakan di berbagai daerah
2) Adanya Konsepsi Presiden 21 Februari 1957
3) Adanya keretakan dalam tubuh kabinet, hal ini dapat dibuktikan dengan mundurnya satu per satu anggota kabinet.
 
g. Kabinet Djuanda (Maret 1957 - April 1959)
    Kabinet Djuanda sering dikatakan sebagai Zaken Kabinet, karena para menterinya merupakan ahli dan pakar di bidangnya masing-masing. Tugas Kabinet Djuanda melanjutkan perjuangan membebaskan Irian Barat dan menghadapi keadaan ekonomi dan keuangan yang buruk. Prestasi yang diraih adalah berhasil menetapkan lebar wilayah Indonesia menjadi 12 mil laut diukur dari garis dasar yang menghubungkan titik-titik terluar dari Pulau Indonesia. Ketetapan ini dikenal sebagai Deklarasi Djuanda. Keberhasilan Kabinet Juanda yang lain yaitu pada tanggal 18 November 1957 mengadakan rapat umum pembebasan Irian Barat di Jakarta. Rapat ini diikuti dengan tindakan-tindakan pemogokan kaum buruh di perusahaan Belanda dan pembentukan Front Nasional Pembebasan Irian Barat. Kabinet Juanda atau Kabinet Karya dilantik pada tanggal 9 April 1957.
Program kerja kabinet Djuanda (Maret 1957 - April 1959)
 Program kerja kabinet Djuanda adalah:
1) membentuk Dewan Nasional
2) normalisasi keadaan Republik Indonesia
3) melanjutkan pembatalan KMB
4) memperjuangkan Irian Barat
5) mempercepat pembangunan.
    Tanggal 5 Juli 1959 Presiden Sukarno mengeluarkan dekrit, berarti negara kita kembali ke UUD 1945 dan UUDS 1950 tidak berlaku. Kabinet Juanda secara otomatis harus diganti, sehari kemudian Ir. Juanda menyerahkan mandatnya kepada Presiden Sukarno.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kabinet Natsir, Sukiman, Wilopo, Ali Sastroamijoyo I & II, Burhanudin Harahap, dan Kabinet Djuanda (Program Kerja, Keberhasilan, dan Jatuhnya Kabinet)"

Posting Komentar