Isi Perjanjian Bongaya dan Perlawanan Makassar (Gowa) Terhadap VOC / Perjuangan Sultan Hasanuddin

Perjanjian Bongaya adalah buntut dari kekalahan kesultanan Makassar terhadap VOC yang ingin menguasai perdagangan di Makassar. Perdagangan Makassar telah mencapai perkembangan pesat pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1654–1659). Dalam lalu lintas perdagangan Makassar menjadi bandar antara jalur perdagangan Malaka dan Maluku. Sebelum rempah-rempah dari Maluku dibawa sampai ke Malaka, maka singgah dahulu di Gowa, begitu juga sebaliknya. Banyak pedagang dari berbagai negara seperti Cina, Jepang, Sailan, Gujarat, Belanda, Inggris, dan Denmark yang berdagang di Bandar Sambaopu. Bahkan untuk mengatur perdagangan, dikeluarkanlah hukum pelayaran dan perdagangan Ade Allopilloping Bacanna Pabalue.
Sultan Hasanuddin
     Ketika VOC datang ke Maluku untuk mencari rempah-rempah, Makassar juga dijadikan daerah sasaran untuk dikuasai. Usaha yang dilakukan antara lain: tahun 1634, VOC melakukan blokade terhadap Pelabuhan Sombaopu. Di samping itu kapal-kapal VOC juga diperintahkan untuk merusak dan menangkap kapal-kapal priburni maupun kapal-kapal asing. Menghadapi. perkembangan yang semakin genting itu, maka raja Gowa, Sultan Hasanuddin mempersiapkan pasukan dengan segala perlengkapan untuk menghadapi VOC. Beberapa kerajaan sekutu Gowa juga disiapkan. Benteng-benteng dibangun di sepanjang pantai kerajaan.VOC melihat Makassar sebagai daerah yang menguntungkan karena pelabuhannya ramai dikunjungi pedagang dan harga rempah-rempah sangat murah. VOC ingin menerapkan monopoli perdagangan namun ditentang oleh Sultan Hasanuddin, Beliau menolak monopoli yang dilakukan oleh VOC, sehingga terjadilah perang dengan VOC.
Perdagangan di Makassar sangat ramai. Hal ini disebabkan pelabuhan Makassar terletak di tengah-tengah jalur perdagangan Maluku dan Malaka.
   Peperangan antara kesultanan Bone (Makassar) terhadap VOC berlangsung tiga kali. Pertama, terjadi pada tahun 1633, di mana VOC berusaha memblokade Makassar untuk menghentikan arus keluar masuk perdagangan di Makassar, namun usaha ini belum berhasil. Pertempuran kedua terjadi pada tahun 1654, serangan ini juga belum berhasil. Pertempuran ketiga merupakan pertempuran besar yang terjadi pada tahun 1667. Dalam perang ini VOC melaksanakan politik devide et impera, yaitu mengadu domba antara Sultan Hasanuddin dengan Aru Palaka (Raja Bone).
    Walaupun melakukan perlawanan dengan gigih, Hasanuddin tidak berhasil mengusir VOC dari wilayah Makassar. Penyebabnya, kelihaian VOC memanfaatkan konflik dan persaingan antara Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Makassar dan Raja Bone bernama Aru Palaka. Raja Aru Palaka selalu didekati oleh VOC untuk menghadapi pasukan Sultan Hasanuddin. Pada bulan Desember 1666, armada VOC dengan kekuatan 21 kapal yang dilengkapi meriam, mengangkut 600 tentara yang dipimpin Cornelis Speelman tiba dan menyerang Makassar dari laut. Arung Palaka dan orang-orang suku Bugis rival suku Makassar membantu VOC menyerang melalui daratan. Akhirnya VOC dengan sekutu-sekutu Bugisnya keluar sebagai pemenang. Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667.
Isi Perjanjian Bongaya adalah sebagai berikut:
1. Sultan Hasanuddin memberi kebebasan kepada VOC melaksanakan perdagangan di kawasan Makassar dan Maluku
2. VOC memegang monopoli perdagangan di Sombaopu, di wilayah Indonesia bagian timur dengan pusatnya Makassar
3. Benteng Makassar di Ujungpandang diserahkan pada VOC,
4. Bone dan kerajaan-kerajaan Bugis lainnya terbebas dari kekuasaan Gowa / Wilayah Kesultanan
Bone yang diserang dan diduduki Sultan Hasanuddin dikembalikan kepada Aru Palaka dan dia diangkat menjadi raja Bone.
5. Makassar harus membayar biaya perang VOC.

    Pada mulanya perjanjian Bongaya itu tidak ingin dilaksanakan. Bahkan Hasanuddin mengobarkan perlawanan kembali pada bulan April 1668. Namun perlawanan ini pun dapat dipadamkan, sehingga terpaksa isi peanjian Bongaya dilaksanakan. Benteng pertahanan Gowa diserahkan kepada VOC dan oleh Spelman kcmudian diberi nama Benteng Rotterdam. Akhirnya Sultan tak berdaya, namun semangat juangnya menentang VOC masih dilanjutkan oleh orang-orang Makassar. Karena keberaniannya itu, Belanda memberi julukan "Ayam Jantan dari Timur" kepada Sultan Hasanuddin. Sultan Hasanuddin mempunyai nama asli Muhammad Bakir atau I Mallambosi. Sultan Hasanuddin lahir di Ujungpandang pada tahun 1631. Saat belum menjadi raja, beliau sudah sering diutus ayahnya untuk mengadakan perjanjian kerja sama perdagangan dan pertahanan dengan kerajaan lain.
Untuk semakin menambah wawasan kita tentang Perjuangan Sultan Hasanuddin, mari kita baca lagi uraian dibawah ini.

Perlawanan Perjuangan Hasanudin Makassar Sulawesi Selatan
1. Latar Belakang Terjadinya Perlawanan Sultan Hasanuddin
    Perkembangan politik, ekonomi, dan sosial di Makassar Sulawesi Selatan pada abad-abad yang lalu sangat dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan itu yang besar pengaruhnya adalah kerajaan Gowa dan kerajaan Bone. Kerajaan Gowa kemudian bersatu dengan kerajaan Tallo, terkenal dengan nama kerajaan Gowa-Tallo. Kerajaan Gowa-Tallo ini bersikap anti Belanda oleh karena Belanda menjalankan politik monopoli perdagangan rempah-rempah, politik ekstirpasi dan mencampuri urusan penggantian tahta (politik devide et impera). Di samping itu, Belanda berusaha membatasi pelayaran perahu pinisi orang-orang Makasar di Maluku. Raja-raja Gowa-Tallo berpendapat, bahwa Tuhan Yang Maha Esa menciptakan laut, oleh karena itu siapa pun boleh melayarinya untuk mencari nafkah. Orang-orang suku Makasar dengan perahu pinisinya melayari laut-laut di kepulauan Maluku untuk berdagang rempah-rempah.
2. Jalannya Perlawanan Kesultanan Gowa
    Sultan Hasanudin adalah Sultan Kerajaan Gowa - Tallo. Ia membela kepentingan kerajaannya, kepentingan rakyatnya dengan mati-matian melawan Belanda. Ia berusaha menegakkan kedaulatan kerajaannya dan memperluas wilayah kerajaannya. Maka ia berhadapan dengan Aru Palaka raja Bone yang dibantu oleh Belanda. Dengan tipu daya, akhirnya Hasanudin dapat dikalahkan dan harus menandatangani perjanjian Bongaya tanggal 18 November 1667. Dengan demikian perlawanan
Kerajaan Gowa berakhir. Pada tahun 1776 Kerajaan Gowa bangkit lagi melawan Belanda. Hal ini juga dilakukan oleh kerajaan Bone, Tanette, Wajo, dan Suppa. Perlawanan itu dapat ditekan dan hanya kerajaan Gowa yang mau mengakui kekuasaan Belanda. Pada tahun 1824, Belanda menyerang Tanette dan menguasainya, kemudian menyerang Suppa. Ternyata Belanda mendapat perlawanan keras dari rakyat Suppa sehingga menderita kekalahan. Belanda mengadakan serangan kedua yang dibantu oleh pasukan dari Gowa dan Sidenreng. Menghadapi kekuatan besar, Suppa menderita kekalahan dan Belanda berhasil menduduki beberapa bentengnya. Pada bulan Oktober 1824 pasukan Bone dapat menghancurkan pos-pos Belanda di Pangkajene, Labakang, dan merebut kembali Tanette. Rajanya dinaikkan tahta kembali dan kemudian Tanette bergabung dengan Bone. Setelah itu, Bone dapat dihancurkan iring-iringan pasukan induk Belanda pemimpin Kapten le Cleng yang membawa 173 meriam. Kekuatan Bone semakin besar dan daerah kekuasaannya semakin luas. Bone merasa berkewajiban melindungi kerajaan-kerajaan lainnya.
3. Akhir Perlawanan
    Kedudukan Belanda di Makasar semakin lemah. Oleh karena itu, Belanda minta bantuan ke Batavia. Pemerintah kolonial Belanda di Batavia mengirimkan pasukannya di bawah pimpinan Jenderal Mayor Van Geen. Pada tanggal 5 Februari 1825 Van Geen mengadakan serangan besar-besaran ke pusat-pusat pertahanan pasukan Bone, terutama Bulukamba, Suppa, Segeri, Labakang, dan Pangkajene. Pada saat yang bersamaan, raja Tanette (wanita) berbalik memihak Belanda. Hal ini jelas melemahkan Bone. Pertempuran terus berkobar dan pasukan Bone bertahan mati-matian. Namun, karena kalah dalam persenjataan, pasukan Bone semakin terdesak. Benteng Bone yang terkuat di Bulukamba dapat dikuasai oleh Belanda. Dengan jatuhnya Bone, perlawanan rakyat semakin melemah. Namun, pertempuran-pertempuran kecil masih terus berlangsung hingga awal abad ke-20.
Baca juga: Perlawanan  Banten dan Mataram terhadap VOC, semoga bermanfaat :)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Isi Perjanjian Bongaya dan Perlawanan Makassar (Gowa) Terhadap VOC / Perjuangan Sultan Hasanuddin"

Posting Komentar