Peranan Pers dalam Pergerakan Nasional
Pers mempunyai peranan penting pada masa pergerakan nasional, antara lain:
1. menyebarkan cita-cita mencapai kemerdekaan Indonesia;
2. memperkuat cita-cita kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia; dan
3. membangkitkan semangat perjuangan agar bangsa Indonesia bangkit menentang imperialisme.
Surat kabar dan majalah menjadi media komunikasi antara satu organisasi pergerakan dengan organisasi pergerakan lain, serta antara organisasi pergerakan dengan masyarakat. Melalui pers, ide, tujuan, dan cita-cita dapat disebarluaskan.
Pers atau media komunikasi memegang peranan sangat penting dalam menyadarkan rakyat Indonesia dalam menempuh perjuangan. Di bidang media komunikasi massa puluhan surat kabar dan majalah yang diterbitkan oleh orang Indonesia pada waktu itu. Menyerukan agar rakyat Indonesia bangkit dan bersatu-padu untuk menghadapi imperialisme, kolonialisme, dan kapitalisme Belanda.
Kemiskinan, kesengsaraan dan keterbelakangan sebagai rakyat terjajah akan dapat diatasi apabila rakyat di tiap daerah bersatu untuk berjuang mencapai kemerdekaan. Pers memang merupakan alat komunikasi massa yang sangat tepat untuk menggerakkan semangat perjuangan karena langsung berhubungan dengan masyarakat luas. Meskipun pers masih terbatas pada pers cetak yang jumlahnya
masih terlalu sedikit, ternyata peranannya sangat besar. Khususnya dalam membangkitkan rasa kebangsaan dan persatuan. Melalui pers perkembangan setiap pergerakan dapat segera diketahui masyarakat, baik masyarakat pergerakan maupun masyarakat pada umumnya. Sejalan dengan perkembangan pergerakan, berkembang pula kesadaran masyarakat akan arti pers dalam perjuangan mencapai kemerdekaan.
Secara umum, pers harus mampu memeperjuangkan objektivitas, menjadi alat pendidikan, alat penyalur aspirasi, sebagai lembaga pengawasan dan juga sebagai upaya untuk penggalangan opini umum. Dengan demikian, pers dapat berfungsi sebgai alat perjuangan bangsa. Bagi bangsa Indonesia pada masa pergerakan nasional itu, pers dapat berfungsi sebagai alat propaganda demi kepentingan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kedudukan pers amat penting. Pers yang berbahasa Melayu, dalam perjuangan bangsa Indonesia, amat penting karena dapat menarik pembaca dari kelompok Bumi Putra. Keberadaan pers yang berbahasa Melayu merupakan ancaman bagi pers Belanda atau pers
Tionghoa. Oleh karena itu, dalam usaha untuk menarik pembaca, pemerintah Belanda juga menerbitkan pers berbahasa Melayu. Pers mampu memberikan sumbangan terhadap timbulnya kesadaran bangsa Indonesia. Sebagai contoh, setelah Budi Utomo didirikan pada tanggal 20 Mei 1908, surat edaran yang berkaitan dengan pendirian BU itu dimuat dalam Surat Khabar De Locomotif dan Bataviaasch Nieuwsblad. Hal yang sama juga dilakukan oleh majalah Jong Indie. Pemuatan surat edaran pendirian Budi Utomo itu memberikan nilai positif karena masyarakat segera tahu sesuatu telah terjadi.
Pers yang ada pada waktu itu, pada umumnya berupa harian surat kabar dan majalah. Beberapa surat kabar yang terkenal waktu itu ialah De Expres, Oetoesan Hindia, dan lain-lain. Majalah yang banyak pengaruhnya adalah Indonesia Merdeka yang diterbitkan oleh Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda. Tidak heran bila banyak dari surat kabar dan majalah itu dibrangus oleh pemerintah kolonial karena dipandang sangat berbahaya. Sejak abad ke-19, per kembangan pers di Indonesia didukung oleh teknologi modern dan pahampaham baru dari Eropa. Akan tetapi, pers mendapatkan sensor ketat dari pemerintah kolonial Belanda.
Bagi organisasi pergerakan, media massa berperan bagi penyebaran gagasan dan asas perjuangan organisasi kepada masya rakat. Selain itu, media massa pun sering dijadikan alat mengkritik berbagai kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Sebelum berlangsung pergerakan nasional, di Indonesia telah berkembang beberapa surat kabar yang menggunakan bahasa Melayu, antara lain:
1. Pewarta di Pulau Jawa,
2. Pemberitaan Betawi, Sinar Djawa, dan Benteng Pagi di Surabaya,
3. Pemberitaan Aceh, Tjahaya Soematra, dan Sinar Soematra di Sumatra,
4. Pewarta Borneo di Kalimantan, dan
5. Pewarta Menado di Sulawesi.
Adapun surat kabar yang menyuarakan suara pemerintahan adalah Bentara Hindia dan Pancaran Warta (Jakarta), Medan Prijaji (Bandung), dan Sinar Matahari (Makassar). Pemerintah tidak mau berkompromi dengan surat kabar yang pemberitaannya menentang pemerintah Belanda. Surat kabar dijadikan sebagai alat menyebarkan cita-cita kemerdekaan. Perkembangan pers sebagai alat perjuangan semakin hebat dan pesat.
Pada 1903, berdiri surat kabar pertama yang didirikan dan dijalankan oleh orangorang Indonesia asli, yaitu mingguan yang berbahasa melayu Soenda Berita, yang dicetak di Cianjur. Pada 1907, ia mendirikan mingguan Medan Prijaji di Batavia yang pada tahun 1910, Medan Prijaji berubah menjadi harian. Medan Prijaji merupakan surat kabar harian pertama yang dikelola oleh pribumi.Contoh surat kabar (pers) yang terbit pada masa pergerakan nasional, di antaranya:
Surat kabar ini merupakan surat kabar berbahasa Melayu yang tertua di Indonesia. Isinya selalu menentang pemerintah dan berpengaruh di kalangan orangorang Cina dari partai modern di Jawa Timur. Pemimpin redaksi surat kabar ini adalah Courant.
2. Medan Prijaji (1907) di Bandung
Surat kabar ini merupakan pelopor pers nasional pemimpin redaksinya adalah RM. Tirtoadisuryo. Ia adalah orang pertama Indonesia yang bergerak di bidang penerbitan dan percetakan. Ia juga dianggap sebagai wartawan pertama di Indonesia yang menggunakan surat kabar sebagai alat untuk membentuk pendapat umum. Karena karangan-karangannya yang tajam terhadap penguasa, maka Tirtoadisuryo pernah dibuang ke Lampung. Tetapi dari tempat pembuangan itupun ia masih terus menulis karangan-karangan yang bercorak membela nasib rakyat kecil serta melawan penindasan dari pemerintah kolonial.
3. De Expres (1912) di Bandung
Dalam surat kabar De Expres terdapat karangan-karangan Douwes Dekker dengan nama samaran Dr. Setyabudi banyak menulis dalam kaitannya dengan kesadaran Nasional. Walaupun surat kabar ini terbit dalam bahasa Belanda, namun isinya berhubungan dengan masa depan Hindia Belanda. Pokok-pokok pikiran yang kemudian merupakan landasan kesatuan dan perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Surat kabar De Expres diterbitkan oleh Indische Partij, yang dipimpin oleh Tiga Serangkai. Karena banyak mengkritik pemerintah akhirnya para tokohnya ditangkap dan diasingkan.
4. Oetoesan Hindia (1913) di Surabaya
Oetoesan Hindia adalah surat kabar yang dikelola oleh Sarekat Islam dengan pimpinan HOS Tjokroaminoto, Sosrobroto dan Tirtodanudjo. Karangan-karangannya sangat kritis yang isinya mencerminkan dunia pergerakan, politik, ekonomi, dan perburuhan.
5. Saroetomo (1912) di Surakarta
Saroetomo adalah surat kabar yang dimiliki oleh Sarikat Islam. Dengan munculnya penulis Mas Marco Dikromo tulisannya semakin banyak dibaca. Mas Marco mengomentari cara kerja komisi untuk menyelidiki sebab-sebab kemunduran dan kemakmuran rakyat Bumi Putera.
6. Hindia Putera (1916) di Belanda
Hindia Putera adalah majalah berbahasa Belanda yang diterbitkan oleh tokoh Tiga Serangkai yang dibuang ke Nederland, yaitu R.M. Suwardi Suryaningrat lewat majalah ini, mereka berhasil mempertahankan arah perjuangan mereka. Apalagi setelah Hindia Putera juga terbit dalam bahasa Melayu (Indonesia) sehingga dapat dibaca oleh Bumi Putera.
7. Indonesia Merdeka (1924) di Belanda
Majalah ini merupakan kelanjutan dari Hindia Putera. Isi dan corak karangankarangan majalah ini merupakan aksi untuk mencapai tujuan Perhimpunan Indonesia (PI), terutama untuk memperkuat cita-cita kesatuan bangsa Indonesia.
8. Surat Kabar Mataram.
Surat kabar Mataram banyak menulis tentang pendidikan, seni, dan budaya penderitaan rakyat dan
penindasan, serta perkembangan pergerakan nasional. Tokoh yang banyak menulis pada surat kabar Mataram yaitu Suwardi Suryaningrat.
Di samping itu, ada beberapa surat kabar yang secara rutin memuat pemikiran-pemikiran Ir.Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta. Surat kabar tersebut, antara lain Pikiran Rakyat, Sarekat Indonesia Moeda, Daoelat Rakjat, dan Penjebar Semangat. Media- media tersebut memuat pemikiran mereka yang berkaitan dengan penyebarluasan semangat persatuan dalam mencapai Indonesia
merdeka. Pada masa pergerakan nasional, media massa yang paling berani dan radikal dalam penyampaiannya adalah Indonesia Merdeka (semula Hindia Poetra). Majalah yang diterbitkan Perhimpunan Indonesia (PI) tersebut, terkenal dengan isinya yang memuat kritikan-kritikan yang sangat tajam. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pemerintah Belanda melarang penerbitan
majalah tersebut karena dianggap berbahaya bagi pemerintah.
Baca juga: Perjuangan dan perlawanan rakyat sebelum pergerakan nasional, semoga bermanfaat :)
0 Response to "Peranan Pers dalam Pergerakan Nasional | Contoh Pers Pada Masa Pergerakan Nasional (Perkembangan Pers di Indonesia)"
Posting Komentar