Suku Asmat (Patung, Roh, Upacara, Kesenian, Mata Pencaharian, Sistem Kekerabatan dan Politik Suku Asmat)

Patung, Roh, dan Upacara Suku Asmat
    Suku bangsa Asmat percaya bahwa nenek moyang mereka berasal dari patung. Dalam mitologi masyarakat Asmat, Dewa Fumeripits (Sang Pencipta) terdampar di pantai, namun nyawanya diselamatkan oleh sekelompok burung. Dewa Fumeripits selanjutnya tinggal sendirian. Oleh karena itu, ia kemudian membangun sebuah rumah panjang yang diisi dengan patung manusia dan tifa (gendang). Ajaibnya, patung tersebut berubah menjadi manusia dan menari-nari.
patung suku asmat
Patung hasil karya suku bangsa Asmat sangat terkenal sampai ke mancanegara sampai sekarang masih dilestarikan.
    Suku bangsa Asmat juga mengenal adanya roh nenek moyang di sekitar lingkungannya. Adapun roh-roh tersebut, yaitu sebagai berikut.
1. Yi-Ow: roh nenek moyang yang baik maka disimbolkan dengan upacara-upacara adat.
2. Osbopon: roh jahat yang membawa penyakit.

Upacara-upacara besar yang dilakukan oleh suku bangsa Asmat sebagai berikut.
1. Mbismbu: upacara pembuatan mbis (patung nenek moyang yang diukir).
2. Yentpokmbu: upacara pembuatan rumah.
3. Mbipokkumbu: upacara topeng.

Kesenian Suku Asmat
    Kesenian Asmat yang terkenal adalah ukir-ukiran yang terbuat dari kayu seperti patung, topeng, tifa, dan tombak. Selain itu juga alat-alat rumah tangga seperti kapak dari batu. 

Mata Pencaharian Suku Asmat
    Mata pencaharian masyarakat Asmat antara lain meramu sagu dan berburu binatang (babi hutan). Masyarakat Asmat yang tinggal di daerah hulu menanam pohon pada kebun-kebun mereka. Pemerintah Indonesia memerhatikan pendidikan suku bangsa Asmat, yaitu melakukan kerja sama dengan organisasi penyiaran agama Katolik di Belanda dan Amerika. Selain itu, untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Asmat, sagu dimanfaatkan sebagai komoditas ekspor.
Mata Pencaharian Suku Asmat
Berburu merupakan salah satu mata pencaharian suku bangsa Asmat.

Sistem Kekerabatan Suku Asmat
    Sistem kekerabatan masyarakat Asmat bersifat monogami, yaitu pernikahan satu pasang suami dengan istri. Namun sekitar 25% perkawinan-perkawinan masyarakat Asmat bersifat poligami. Semua klen dalam tiap masyarakat desa Asmat diklasifikasikan dalam dua golongan, masing-masing merupakan suatu kelompok.

Sistem Politik
pemimpin suku asmat
     Pemimpin Asmat memiliki derajat yang sama dengan warga-warga lain tetapi harus lebih pandai dan ahli dalam bidang tertentu. Biasanya seseorang yang menang perang akan diminta menjadi pemimpin. Masyarakat Asmat juga mengenal struktur masyarakat atau aipem. Fungsi aipem adalah untuk meningkatkan kualitas dengan melakukan persaingan.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Suku Asmat (Patung, Roh, Upacara, Kesenian, Mata Pencaharian, Sistem Kekerabatan dan Politik Suku Asmat)"

Posting Komentar