Persebaran Agama Buddha di India, China, dan Jepang (Dua Aliran Buddha, Tempat Suci Buddha di India)

1. Perkembangan Agama Buddha di India
    Selain Agama Hindu, di India juga lahir agama Buddha. Kelahiran agama Budha ini merupakan reaksi terhadap agama Hindu dengan adanya ritual melalui kurban. Dengan adanya kurban itu berarti terjadi pembunuhan terhadap binatang yang dijadikan upacara. Kelompok masyarakat yang dipelopori oleh Sidharta tidak setuju dengan kurban itu. Mereka justru menentang adanya kurban dengan sebutan ahimsa (dilarang membunuh)
    Munculnya agama Buddha di India, dipelopori oleh Sidharta Gautama. Yang lahir pada tahun 563 SM, beliau putra dari Raja Sudodana dari kerajaan Kosala di Kapilawastu. Mereka berasal dari suku Suku Sakya, termasuk kasta Ksatria. Ibunya bernama Maya. Sidharta diramal oleh seorang Brahmana, bahwa kelak akan menjadi pendeta besar dan termasyhur. Ramalan ini membuat cemas keluarga istana, sebab ayahnya berharap agar Sidharta kelak menjadi raja.
    Sidharta sejak kecil dididik dalam kemewahan istana, tidak diperbolehkan melihat hal-hal yang tidak menyenangkan. Pada suatu hari tanpa sepengetahuan keluarga istana, Sidharta berjalan-jalan keluar istana dan melihat kenyataan hidup manusia. Anak-anak sakit, orang tua yang sakit dan meninggal dunia. Hal ini menjadikan kecemasan Sidharta, apakah semua orang mengalami seperti ini? Jadi hidup adalah penderitaan.
    Sidharta bertekad untuk menjadi pertapa agar menemukan jawaban dari segala sesuatunya. Pergi meninggalkan istana untuk mencari kebahagiaan batinnya, menuju ke tengah hutan di Bodh Gaya. Ia bertapa di bawah pohon dan mendapatkan bodhi, yaitu semacam penerangan atau kesadaran yang sempurna. Pohon itu dikenal sebagai pohon Bodhi. Sejak peristiwa pada tahun 531 SM itu, dalam usianya 35 tahun Sidharta Gautama dikenal sebagai Sang Budha (artinya yang disinari).
    Dalam ajaran Budha manusia akan lahir berkali-kali (reinkarnasi), hidup adalah samsara. Samsara disebabkan karena adanya hasrat atau nafsu akan kehidupan. Penderitaan dapat dihentikan dengan cara menindas nafsu melalui delapan jalan (astavidha) yaitu :
  1. Mempunyai pemandangan (ajaran) yang benar.
  2. Mempunyai niat atau sikap yang benar.
  3. Berbicara yang benar.
  4. Berbuat atau bertingkah laku yang benar.
  5. Mempunyai penghidupan yang benar.
  6. Berusaha yang benar.
  7. Memperhatikan hal-hal yang benar dan
  8. Bersemedi yang benar.
Perkembangan Agama Buddha di India - Dua Aliran Buddha, Tempat Suci Buddha di India
Kitab suci agama Budha disebut Tripitaka (tiga keranjang), yang terdiri atas : Winayapitaka, Sutrantapitaka dan Abdidarmapitaka. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Pali. Agama Budha mencapai puncak kejayaannya pada jaman kekuasaan Raja Ashoka (273 –232 SM), di mana agama Budha ditetapkan sebagai agama resmi negara. Dalam perkembangannya agama Budha pecah menjadi dua aliran, yaitu :
  1. Budha Mahayana (kendaraan besar), artinya jika seorang telah dapat mencapai nirwana, hendaklah memikirkan orang lain yang masih dalam kegelapan (bersifat terbuka).
  2. Budha Therawadha atau Budha Hinayana (kendaraan kecil), artinya yang penting bagaimana setiap individu dapat mencapai nirwana bagi diri sendiri (bersifat tertutup).
Para pengikut Budha juga memiliki tempat-tempat yang mereka sucikan. Tempat-tempat itu berkaitan dengan sejarah kelahiran dan perkembangan agama Budha.  Tempat-tempat suci agama Budha sebagai berikut :
  1. Taman Lumbini di Kapilawastu, tempat kelahiran Sang Budha. Sang Budha Lahir pada tahun 563 SM.
  2. Bodh-Gaya, tempat Sang Budha mendapat penerangan, kesadaran tinggi atau bodhi.
  3. Sarnath di dekat -Benares, tempat Sang Budha pertama kali memberikan kotbah ajarannya.
  4. Kusinagara, tempat Sang Budha wafat pada tahun 482 SM.
Umat Budha merayakan Hari Raya Triwaisak, yang merupakan peringatan kelahiran, menerima Budhi dan wafatnya Sang Budha, pada waktu yang bersamaan dengan saat bulan purnama pada bulan Mei.  
 
2. Persebaran Agama Buddha di Cina
    Agama Buddha mulai dikenal di Cina pada masa pemerintahan Dinasti Han. Masuknya agama Buddha ke Cina tidak terlepas dari hubungan perdagangan antara Hindustan dengan Cina yang berjalan lancar dan pesat. Sebelum masuk agama Buddha, bangsa Cina menganut kepercayaan Konfusianisme dan Taoisme yang diajarkan oleh Kong Fu Tze dan Lao Tze. Karena itu, pada awal masuknya agama Buddha ke Cina, tidak banyak orang Cina yang menjadi pengikut Buddha.
Persebaran Agama Buddha di Cina - Persebaran Agama Budha di China dan Jepang (Asia Timur)
    Agama Buddha mencapai masa keemasan di Cina saat pemerintahan Dinasti Tang pada abad ke-7 hingga abad ke-10. Dinasti Tang menetapkan Buddha sebagai agama negara. Pada masa kekuasaan Dinasti Tang ini, kaisar-kaisar Dinasti Tang sering mengirimkan para pelajar untuk belajar agama Buddha ke Hindustan. Karenanya, jalur perdagangan yang semula telah ramai semakin bertambah ramai. Masa keemasan Buddha di Cina ini ditandai munculnya banyak sangha.

3. Persebaran Agama Buddha di Jepang
    Sebelum mengenal agama Buddha, bangsa Jepang telah memiliki kepercayaan sendiri yang disebut Shinto. Shinto adalah agama yang mengajarkan penyembahan pada Dewa Matahari yang mereka namakan Amaterasu Omikami. Sejarah penyebaran Buddha di Jepang dimulai pada tahun 592 M, yaitu pada masa pemerintahan kaisar Suiko. Kaisar Suiko mengangkat Pangeran Shotoku sebagai perdana menteri yang berkuasa penuh untuk mengatur Jepang. Pangeran Shotoku sebagai pelaksana pemerintahan berusaha meningkatkan hubungan perdagangan dengan Cina. 
    Kemudian, pada tahun 594 M dia mengirim delegasi ke Cina. Ternyata pada saat pulang ke Jepang, delegasi tersebut juga membawa beberapa orang rahib Buddha dari Cina. Pangeran Shotoku sendiri kemudian memeluk agama Buddha. Sejak itu, agama Buddha mulai berkembang di Jepang dan mencapai puncaknya pada zaman Dinasti Nara yang menetapkan Buddha sebagai agama resmi negara.
 
Baca juga:

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Persebaran Agama Buddha di India, China, dan Jepang (Dua Aliran Buddha, Tempat Suci Buddha di India)"

Posting Komentar