Asal Mula Agama Buddha
Agama Buddha juga berasal dari India seperti hindu. Agama ini timbul sebagai reaksi masyarakat terhadap peran kaum Brahmana yang dianggap terlalu berlebihan dalam menjalankan tugas dan fungsi mereka. Agama ini didasarkan pada ajaran Sidharta Gautama. Sidharta Gautama digelari Sang Buddha (orang yang mendapat pencerahan) karena ia mendapat penerangan yang sempurna setelah bertapa di tengah hutan. Sekitar abad ke-5 SM muncul agama Buddha (Buddhisme) yang lahir sebagai
reaksi terhadap Hinduisme. ‘’Buddha’’ berarti ‘’Dia yang tercerahkan.’’
Agama ini kali pertama dikembangkan oleh Siddharta Gautama (563–483 SM).
Inti ajaran yang dibawa oleh Siddharta Gautama adalah Delapan Ruas Jalur
Utama. Siddharta mengajarkan pengendalian diri dan usaha yang bersifat
individual pada setiap manusia untuk mencapai nirwana. Golongan yang
sangat ketat menjaga disiplin dan hidup dalam biara disebut sangha, yang
terdiri atas biksu (laki-laki) dan biksuni (perempuan).
Agama Buddha tidak mengakui pembagian kasta dalam masyarakat. Menurut ajaran Buddha, setiap orang punya hak dan kesempatan yang sama untuk mencapai kesempurnaan asalkan ia mampu mengendalikan dirinya sehingga bebas dari samsara. Penderitaan dapat dihentikan dengan cara menindastrisna(nafsu). Nafsu dapat ditindas melalui delapan jalan (astavidha), yaitu pandangan (ajaran) yang benar, niat atau sikap yang benar, berbicara yang benar, berbuat atau bertingkah laku yang benar, penghidupan yang benar, berusaha yang benar, memerhatikan hal-hal yang benar, dan bersemedi yang benar.
Pemeluk agama Buddha wajib melaksanakan tiga ikrar (Tri Ratna), yaitu: berlindung kepada Buddha, berlindung kepada Dharma (ajaran) agama Buddha, dan berlindung kepada Sanggha (perkumpulan) masyarakat pemeluk agama Buddha. Kitab suci agama Buddha ialah Tripitaka (Tiga Keranjang) yang terdiri atas Vinayapitaka (berisi tentang bermacam-macam aturan hidup dan hukum penentu cara hidup pemeluknya), Sutrantapitaka (berisi tentang pokok-pokok wejangan Sang Buddha), dan Abdhidharmapitaka (berisi tentang penjelasan dan kupasan mengenai sosial beragama atau falsafah agama). Umat Buddha merayakan Hari Raya Triwaisak, yang merupakan peringatan kelahiran, menerima bodhi, dan wafatnya Sang Buddha yang bertepatan dengan saat bulan purnama pada bulan Mei.
Agama Buddha tidak mengakui pembagian kasta dalam masyarakat. Menurut ajaran Buddha, setiap orang punya hak dan kesempatan yang sama untuk mencapai kesempurnaan asalkan ia mampu mengendalikan dirinya sehingga bebas dari samsara. Penderitaan dapat dihentikan dengan cara menindastrisna(nafsu). Nafsu dapat ditindas melalui delapan jalan (astavidha), yaitu pandangan (ajaran) yang benar, niat atau sikap yang benar, berbicara yang benar, berbuat atau bertingkah laku yang benar, penghidupan yang benar, berusaha yang benar, memerhatikan hal-hal yang benar, dan bersemedi yang benar.
Pemeluk agama Buddha wajib melaksanakan tiga ikrar (Tri Ratna), yaitu: berlindung kepada Buddha, berlindung kepada Dharma (ajaran) agama Buddha, dan berlindung kepada Sanggha (perkumpulan) masyarakat pemeluk agama Buddha. Kitab suci agama Buddha ialah Tripitaka (Tiga Keranjang) yang terdiri atas Vinayapitaka (berisi tentang bermacam-macam aturan hidup dan hukum penentu cara hidup pemeluknya), Sutrantapitaka (berisi tentang pokok-pokok wejangan Sang Buddha), dan Abdhidharmapitaka (berisi tentang penjelasan dan kupasan mengenai sosial beragama atau falsafah agama). Umat Buddha merayakan Hari Raya Triwaisak, yang merupakan peringatan kelahiran, menerima bodhi, dan wafatnya Sang Buddha yang bertepatan dengan saat bulan purnama pada bulan Mei.
Aliran Agama Buddha
Agama Buddha terbagi atas dua aliran, yaitu:
Agama Buddha terbagi atas dua aliran, yaitu:
- Pertama, Mahayana yang mengajarkan bahwa untuk mencapai Nirwana, setiap orang harus mengembangkan sikap kebijaksanaan dan sifat welas asih.
- Kedua, Hinayana yang mengajarkan bahwa untuk mencapai Nirwana, sangat bergantung pada usaha diri melakukan meditasi. Agama Buddha mencapai puncak kejayaannya pada zaman kekuasaan Raja Asoka (273-232 SM) yang menetapkan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Tempattempat suci umat Buddha antara lain Bodh-Gaya, tempat bersemedi Sidharta Gautama.
Sekilas Tentang Siddharta Gautama
Siddharta Gautama lahir di Taman Lumbini di Nepal bagian selatan. Ia adalah pangeran Kerajaan Koshala di Madyadesa, Nepal. Pangeran Siddharta menerima berbagai pendidikan dan pelatihan untuk menjadi raja agung, seperti keinginan ayahnya. Pada usia 29 tahun, Siddharta meninggalkan kehidupannya dan menjalani kehidupan pertapaan. Ia berusaha untuk belajar meditasi dan yoga. Namun, usaha pertapaannya tidak meng hasilkan pencerahan spiritual yang diidamkannya. Baru pada usia 35 tahun, Siddharta memperoleh penerangan sempurna di bawah pohon Bodhi di Bodhgaya dan menjadi Buddha.
Selama 45 tahun, Buddha menyebarkan
ajaran agama nya. Ketika usianya 80 tahun, sang Buddha meninggal di
Kusinagara. Tempat ini kini menjadi salah satu tempat ziarah penting
bagi penganut Buddhisme selain Taman Rusa di Sarnath (dekat Kota
Benares) tempat beliau kali pertama memberikan wejangan, Kapilawastu
tempat Siddharta terlahir, dan Bodhgaya tempat Siddharta mencapai bodhi
(pencerahan).
Saat ini agama
Buddha tersebar ke seluruh dunia dengan beragam sekte atau aliran. Dua
alirannya yang besar, yaitu Hinayana dan Mahayana. Aliran Hinayana atau
Theravada meyakini jalan terbaik untuk terbebas dari karma dan mencapai
nirwana adalah melalui aturan yang ketat. Penganut aliran ini tersebar
di Asia Selatan dan Asia Tenggara (India, Srilanka, Myanmar, Thailand,
dan Kamboja). Aliran Mahayana lebih liberal, artinya ajaran Buddha cocok
untuk semua orang. Ajaran ini tersebar di Asia Timur (Jepang, Cina, dan
Korea) juga Vietnam (Asia Tenggara). Penganutnya percaya semua orang
dapat menjadi Buddha dan terbebas dari samsara serta karma dengan cara
bekerja keras dan bekerja sama.
Baca juga:
Baca juga:
0 Response to "Perkembangan Agama dan Kebudayaan Buddha (Asal Mula, Aliran, Inti Ajaran, Tri Ratna Agama Buddha)"
Posting Komentar