Perlawanan Aceh Terhadap Portugis (Raja Kerajaan Aceh Yang Melawan Portugis | Perlawanan Sultan Iskandar Muda)

Perlawanan Aceh terhadap Portugis di Malaka pertama kali dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Alaudin Riayat Syah. Untuk itu, Sultan Alaudin Riayat Syah mengirim utusan ke Konstantinopel (Turki) untuk meminta bantuan militer dan permintaan khusus mengenai pengiriman meriam-meriam, pembuatan senjata api, dan penembak-penembak. Selain itu, Aceh juga meminta bantuan dari Kalikut dan Jepara.
    Dengan semua bantuan dari Turki maupun kerajaan-kerajaan lainnya, Aceh mengadakan penyerangan terhadap Portugis di Malaka pada tahun 1568. Namun penyerangan tersebut mengalami kegagalan. Meskipun demikian, Sultan Alaudin telah menunjukkan ketangguhan sebagai kekuatan militer yang disegani dan diperhitungkan di kawasan Selat Malaka.
    Sejak Portugis dapat menguasai Malaka, Kerajaan Aceh merupakan saingan terberat dalam dunia perdagangan. Para pedagang muslim segera mengalihkan kegiatan perdagangannya ke Aceh Darussalam. Keadaan ini tentu saja sangat merugikan Portugis secara ekonomis, karena Aceh kemudian tumbuh menjadi kerajaan dagang yang sangat maju. Melihat kemajuan Aceh ini,
Portugis selalu berusaha menghancurkannya, tetapi selalu menemui kegagalan.
Keberhasilan Aceh untuk memperhatankan diri dari ancaman Portugis disebabkan:
1. Aceh berhasil bersekutu dengan Turki, Persia, dan India.
2. Aceh memperoleh bantuan kapal, prajurit, dan makanan dari pedagang muslim di Pulau Jawa.
3. Kapal Aceh dilengkapi persenjataan yang cukup baik dan prajurit yang tangguh.
 Raja Kerajaan Aceh Yang Melawan Portugis
    Di antara raja-raja Kerajaan Aceh yang melakukan perlawanan adalah:
1. Sultan Ali Mughayat Syah (1514–1528)
    Berhasil membebaskan Aceh dari upaya penguasaan bangsa Portugis
2. Sultan Alaudin Riayat Syah (1537–1568)
    Berani menentang dan mengusir Portugis yang bersekutu dengan Johor.
3. Sultan Iskandar Muda (1607–1636)
    Raja Kerajaan Aceh yang terkenal sangat gigih melawan Portugis adalah Iskandar Muda. Pada tahun 1615 dan 1629, Iskandar Muda melakukan serangan terhadap Portugis di Malaka. Penyerangan terhadap Portugis dilakukan  pada masa Sultan Iskandar Muda memerintah. Pada tahun 1629, Aceh
menggempur Portugis di Malaka dengan sejumlah kapal yang memuat 19.000 prajurit. Pertempuran sengit tak terelakkan yang kemudian berakhir dengan kekalahan di pihak Aceh.
Sultan Iskandar Muda
 Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639) armada kekuatan Aceh telah disiapkan untuk menyerang kedudukan Portugis di Malaka. Saat itu Aceh telah memiliki armada laut yang mampu mengangkut 800 prajurit. Pada saat itu wilayah Kerajaan Aceh telah sampai di Asumatera Timur dan Sumatera Barat. Pada tahun 1629 Aceh mencoba menaklukkan Portugis. Penyerangan yang dilakukan Aceh ini belum berhasil mendapat kemenangan. Namun demikian Aceh masih tetap berdiri sebagai kerajaan yang merdeka.
Berikut adalah Biografi Singkat Sultan Iskandar Muda:
Sultan Iskandar Muda adalah sultan yang paling besar dalam masa Kesultanan Aceh, yang berkuasa dari tahun 1607 sampai 1636.
Tempat Tanggal Lahir  : Banda Aceh, 1593
Meninggal                    : 27 Desember 1636, Banda Aceh, Indonesia
Anak                             : Safiatuddin dari Aceh, Merah Pupok
Orang tua                      : Puteri Raja Inderabangsa dan Mansur Syah
Mantan Isri                   : Kamaliah Pahang
Usaha-usaha Aceh Darussalam untuk mempertahankan diri dari ancaman Portugis antara lain:
1. Aceh berhasil menjalin hubungan baik dengan Turki, Persia, dan Gujarat (India),
2. Aceh memperoleh bantuan berupa kapal, prajurit, dan makanan dari beberapa pedagang muslim di Jawa,
3. kapal-kapal dagang Aceh dilengkapi dengan persenjataan yang cukup baik dan prajurit yang tangguh,
4. meningkatkan kerja sama dengan Kerajaan Demak dan Makassar.
    Permusuhan antara Aceh dan Portugis berlangsung terus tetapi sama-sama tidak berhasil mengalahkan, sampai akhirnya Malaka jatuh ke tangan VOC tahun 1641. VOC bermaksud membuat Malaka menjadi pelabuhan yang ramai dan ingin menghidupkan kembali kegiatan perdagangan seperti yang pernah dialami Malaka sebelum kedatangan Portugis dan VOC.
Kemunduran Aceh mulai terlihat setelah Iskandar Muda wafat dan penggantinya adalah Sultan Iskandar Thani (1636–1841). Pada saat Iskandar Thani memimpin Aceh masih dapat mempertahankan kebesarannya. Tetapi setelah Aceh dipimpin oleh Sultan Safiatuddin (1641–1675) Aceh tidak dapat berbuat banyak mempertahankan kebesarannya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Perlawanan Aceh Terhadap Portugis (Raja Kerajaan Aceh Yang Melawan Portugis | Perlawanan Sultan Iskandar Muda)"

Posting Komentar