Perlawanan Rakyat Batak / Sisingamangaraja XII | Sebab Perlawanan Rakyat Batak

Perjuangan rakyat Batak dipimpin oleh Sisingamangaraja XII yang mengepalai tanah Batak yang berpusat di daerah Toba dan sekitarnya. Pada pertengahan abad ke-19, Belanda mulai menduduki daerah-daerah Tapanuli.Pada tahun 1878 Belanda mulai dengan gerakan militernya menyerang daerah Tapanuli, sehingga meletus Perang Tapanuli dari tahun 1878 sampai tahun 1907. Pada masa pemerintahan Si Singamangaraja XII, kekuasaan kolonial Belanda mulai memasuki daerah Tapanuli. Belanda ingin mewujudkan Pax Netherlandica yang dilakukan dengan berlindung di balik kegiatan zending yang mengembangkan agama Kristen. Belanda menempatkan pasukannya di Tarutung dengan dalih melindungi penyebar agama Kristen. Si Singamangaraja XII tidak menentang usaha-usaha mengembangkan agama Kristen tetapi ia tidak bisa menerima tertanamnya kekuasaan Belanda di wilayah kekuasaannya.
Sisingamangaraja XII
Sisingamangaraja XII merupakan pahlawan Batak asal Sumatra Utara yang gugur ketika berperang dengan Belanda.

Sebab-Sebab Perlawanan Rakyat Batak
1. Pemerintah Hindia Belanda berkali-kali mengirimkan ekspedisi militernya untuk menaklukkan daerah-daerah di Sumatera Utara antara lain Mandailing, Angkola, Padang Lawas, Sipirok, Tapanuli, dan sekitarnya.
2. Peristiwa terbunuhnya Tuan na Balon (Sisingamangaraja X). Hal ini rakyat mulai hati-hati dan tidak simpati dengan masuknya penjajah Belanda ke tanah Batak.
3. Adanya perluasan agama Kristen di daerah Batak. Hal ini dianggap oleh Sisingamangaraja XII sebagai hal yang membahayakan tanah Batak dan menggoyahkan kedudukannya.

Jalannya Perlawanan Batak yang dipimpin Oleh Sisingamangaraja XII
    Menghadapi perluasan wilayah pendudukan yang dilakukan oleh Belanda, pada bulan Februari 1878 Si Singamangaraja XII melancarkan serangan terhadap pos pasukan Belanda di Bahal Batu, dekat Tarutung (Tapanuli Utara). Pertempuran merebak sampai ke daerah Buntur, Bahal Batu, Balige, Si Borang-Borang, dan Lumban Julu. Dengan gigih rakyat setempat berjuang saling bahu membahu berlangsung sampai sekitar 7 tahun.
    Pertempuran pertama terjadi di Toba Silindung. Masuknya pasukan militer Belanda ke Silindung, segera dijawab oleh Sisingamangaraja XII (Patuan Basar Ompu Pula Batu) dengan pernyataan perang. Dalam menghadapi serangan Belanda, rakyat Batak memiliki dua macam benteng pertahanan yaitu benteng alam dan benteng buatan. Pertempuran terus menjalar ke Bahal Batu. Namun karena pasukan Sisingamangaraja XII terdesak, akhirnya menyingkir. Pertempuran terus terjadi antara lain di Blitar, Lobu Siregar, dan Upu ni Srabar.
    Selanjutnya pertempuran sengit juga terjadi di Bakkora atau Lumbung raja, yaitu tempat tinggal Sisingamangaraja. Karena terdesak pasukan Sisingamangaraja XII menyingkir ke Paranginan dan menyingkir lagi ke Lintung ni Huta. Berturut-turut daerah-daerah yang jatuh ke tangan Belanda yaitu Tambunan, Lagu Boti, Balige, Onang geang-geang, Pakik Sabungan dan Pintu Besi. Selain itu daerah-daerah lain yang mengadakan perlawanan tapi dapat dipadamkan oleh Belanda adalah Tangga Batu dan Pintu Batu. Sampai akhir abad ke-19, Sisingamangaraja XII masih giat melakukan perlawanan-perlawanan bekerja sama dengan para pejuang Aceh. Memasuki tahun 1900, kekuatan pasukan Sisingamangaraja XII mulai melemah. Para pengikutnya banyak yang menyerah kepada Belanda. Pada 1904, Belanda melancarkan gerakan pembersihan di daerah Aceh dan Batak dengan pasukan Marsose yang dipimpin oleh Letnan Kolonel van Dallen, yang dikenal dengan Gayo Alas en Batak Stochten.

Akhir Perlawanan
    Dengan meluasnya daerah yang jatuh ke tangan Belanda maka daerah gerak Sisingamangaraja semakin kecil dan pengikutnya semakin berkurang. Dalam beberapa pertempuran pasukan Sisingamangaraja XII dapat terdesak dan Belanda berhasil menawan keluarga Sisingamangaraja XII. Pada Juni 1907, Sisingamangaraja XII terkepung oleh Belanda. Dalam keadaan yang lemah, Si Singamangaraja XII bersama putra-putra dan pengikutnya mengadakan perlawanan. Dalam perlawanan ini, seorang putri Sisingamaraja, Lapian serta dua putranya, Sultan Nagari dan Patuan Anggi, gugur. Dengan sisa kekuatan terakhir ia menyerang serdadu kompeni dengan rencongnya. Akan tetapi, sebelum rencong dapat mengenai sasaran, ia telah roboh ditembak serdadu marsose. Dalam pertempuran di daerah Dairi, Sisingamangaraja tertembak dan gugur pada tanggal 17 Juni 1907. Dengan gugurnya Sisingamangaraja XII, maka seluruh daerah Batak jatuh ke tangan Belanda.
Baca juga: perlawana rakyat yang lain lengkap kawan, semoga bermanfaat :)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Perlawanan Rakyat Batak / Sisingamangaraja XII | Sebab Perlawanan Rakyat Batak"

Posting Komentar