Kaisar Romawi yang terkenal karena kekejamannya terhadap orang-orang penganut agama Kristen ialah Kaisar Nero. Ia menuduh orang Kristen melakukan pembakaran di kota Roma, maka sebagai hukumannya beribu-ribu orang Kristen dibunuh dan dibakar. Pada masa pemerintahan Kaisar Konstantin Agung, diumumkan adanya kebebasan beragama. Bahkan pada masa pemerintahan Kaisar Theodosius diumumkan bahwa agama Kristen menjadi agama negara. Hal ini menyebabkan agama Kristen makin tersebar di seluruh wilayah Kerajaan Romawi.
Sejak abad ke-3 sudah terlihat adanya perpecahan agama Kristen. Agama Kristen di Romawi Barat terpengaruh oleh sifat kebudayaan Roma. Agama ini berpusat di Roma dan disebut Agama Kristen Katolik Roma dengan Paus sebagai pimpinannya. Sedangkan agama Kristen di Romawi Timur
dipengaruhi oleh sifat kebudayaan Yunani. Agama ini disebut agama Kristen Katolik Ortodoks dan berpusat di Konstantinopel serta dipimpin oleh beberapa Patriach.
Belanda berupaya untuk menyebarkan agama kristen dilakukan oleh para rohaniwan (pastor dan biarawan), sedangkan agama Kristen Protestan dirintis oleh para pendeta atau pengabar Injil. Di antara penyebar itu ialah Santo Francis Xavier (1506–1552) dan Franciscus Xaverius (1546) yang menyebarkan agama Kristen di Makassar, Ambon, Ternate, dan Morotai. Xaverius bersama-sama Santo Ignatius de Loyola mendirikan Ordo Yesuit.
Pada masa kekuasaan Portugis, penyebaran Kristen dimulai di Maluku. Penyebaran ini dilakukan Gonsalo Veloso dan Simon Vas. Upaya penyebaran Kristen dilanjutkan rohaniwan Dominikan dan Jesuit yang dilakukannya di daerah Flores, Solor, dan Timor. Selain itu, didatangkan pula para misionaris ke Halmahera, Bacan, dan Ambon.
Sementara itu, pada masa kekuasaan Belanda, penyebaran agama Kristen Katolik terhenti seiring
tersingkirnya kedudukan Portugis di sejumlah tempat di Indonesia. Belanda lebih mem prioritaskan perkembangan agama Kristen Protestan di Indonesia. Belanda mencoba membuat terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Melayu. Melchior Leidjdecker (1645–1701) seorang predikant (pengajar agama atau pendeta agama Protestan) asal Belanda yang menye lesaikan terjemahan Alkitab pertama di Batavia.
Pada 1814, di Amsterdam didirikan Nederlands Bijbelgenootschap (NBG) atau Perkumpulan Alkitab Belanda. Perkumpulan ini menerjemahkan Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ke dalam beberapa bahasa. Di antara mereka ialah pendeta berkebangsaan Jerman G. Bruckner yang menerjemahkan Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Jawa sejak 1830. Seorang ahli Javanologi, J.F.C. Gericke mener jemah kan Kitab Perjanjian Lama pada 1848–1891 di Solo. Hasil terjemahan itu masih digunakan hingga saat ini. Seorang mennonite (salah satu sekte dalam agama Kristen) P.A. Janz, menerbitkan buku ter jemahannya yang diterbitkan pada 1886–1893. Akhirnya, pada 1877–1891 diterbitkan karya S. Coolsma, sebuah terje mahan lengkap yang pada kemudian hari dijadikan pegangan.
Daerah-Daerah Persebaran Agama Kristen
Pada zaman kekaisaran Romawi, agama Kristen menyebar sampai Persia. Dari Persia agama ini tersebar lagi ke India, Asia Tengah, Cina, dan Siberia melalui jalan Sutera (Jalan Darat).
Pada waktu terjadi penjelajahan samudera, bangsa Portugis danSpanyol membawa misionaris untuk menyebarkan agama Kristen Misionaris yang terkenal adalah Fransiskus Xaverius dan Mateus Ricci. Mereka menyebarkan agama Katolik ke India, Maluku, Cina, dan Jepang, sedangkan ke Filipina
disebarkan oleh bangsa Spanyol. Fransiskus Xaverius menyebarkan agama Katolik di Indonesia bagian timur misalnya Maluku, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Timur.
Pada abad ke-17, penyebaran agama Katolik mulai digantikan oleh Belanda (VOC). Tokoh penyebar agama Kristen protestan yang terkenal di Indonesia antara lain ialah Dr. Nomensen di Tapanuli (Batak). Sebastian Danchaerts di Ambon, Heurnius di Jakarta dan Saparua. Kehadiran Belanda di Indonesia merubah peta pengkristenan di wilayah ini. Di Maluku, sebagian besar penduduk yang telah beragama Katholik berganti menjadi Calvinis, dan VOC melarang misi Khatolik melakukan kegiatan keagamaan. Di berbagai tempat di mana VOC berkuasa, di situ merupakan pusat penyebaran agama Protestan. Mengapa? Kerajaan Belanda memang memfasilitasi segala upaya penyebaran agama itu. Tidak mengherankan ketika tahun 1817 seluruh gereja Protestan yang ada di berbagai daerah diakui sebagai gereja pemerintah. Bahkan gereja-gereja di Minahasa, Maluku, dan Timor dijadikan gereja perintis bagi penyebaran agama Protestan di kawasan Indonesia Timur.
Memasuki abad ke-19, penyebaran agama Kristiani semakin meluas ke berbagai wilayah di Indonesia. Kelompok misionaris Katholik dan zending dari gereja reformasi baik dari Eropa maupun Amerika mulai berdatangan. Pada masa pendudukan Inggris tepatnya pada tahun 1814, kelompok rohaniawan Nederlandsche Zendeling Genooftschap (NZG) dari Belanda yang didukung oleh London Misionary Society memulai aktivitas keagamaan mereka, terutama ditujukan kepada penduduk lokal. Pada tahun 1830-an muncul usaha menterjemahkan Injil ke dalam bahasa Jawa
setelah sebelumnya usaha yang sama dilakukan untuk menterjemahkan kitab suci ke dalam bahasa Melayu. Keberadaan NZG dan beberapa zending yang lain telah memacu perkembangan agama Kristiani khususnya dari gerakan reformasi yang sangat pesat di seluruh Indonesia. Biarpun penyebaran agama Kristiani telah dimulai pertama kali pada tahun 1563, sampai tahun 1822 perkembangan agama Kristiani masih terfokus di daerah pantai. Keadaan yang sama juga terjadi di Sangir Talaud yang menunjukkan perkembangan pesat sejak tahun 1855.
Sementara itu usaha pengkristenan Poso, Toraja dan beberapa daerah lain di Sulawesi dan Tengah semakin berkembang sejak kedatangan C. Kruyt dan N. Adriani pada dekade terakhir ke-19.
Salah satu fenomena yang menarik dari perkembangan agama Kristiani di Indonesia adalah munculnya gereja-gereja lokal yang sebagian dari mereka pada masa kolonial tidak diakui oleh gereja-gereja yang datang dari Barat. Penyebaran agama Kristiani di daerah Mojowarno Jawa Timur yang dilakukan oleh Kyai Tunggul Wulung dan di Bagelen Jawa Tengah oleh Kyai Sadrach merupakan contoh dari pertemuan antara kepercayaan dan budaya lokal dengan agama Kristiani.
Jika sebelumnya sebagian besar pemeluk agama Kristiani di Jawa terdiri atas penduduk perkotaan, di bawah gereja-gereja lokal berkembang komunitas Kristiani di daerah pedesaan. Pertemuan dengan unsur-unsur lokal itu di Jawa kemudian menghasilkan gereja seperti Pasamuan Kristen Jawa Merdika, Gereja Kristen Jawa, Gereja Kristen Sunda, dan Gereja Kristen Jawi Wetan. Di pulau-pulau yang lain terdapat juga beberapa gereja lokal, seperti di kalangan masyarakat Batak, Minahasa dan lain sebagainya.
Persebaran umat Kristen tertua di Indonesia terdapat di tempat-tempat orang Potugis mendirikan
gereja pertama mereka. Misalnya, di Kepulauan Maluku dan pulau-pulau tertentu di Kepulauan Sunda Kecil. Adapun di Jawa tersebar di beberapa daerah di Batavia, di Semarang (1753), dan di Surabaya (1785). berdampingan satu sama lain. Penyebaran agama Kristen Katolik dilakukan oleh lembaga yang disebut misi, sedangkan penyebaran agama Kristen Protestan dilakukan oleh lembaga yang disebut zending.
Gereja-gereja kuno merupakan peninggalan sejarah bagi persebaran agama Kristen di Indonesia. Hampir di setiap kota di Indonesia terutama yang menjadi pangkalan militer pemerintah kolonial Belanda terdapat gereja kuno dengan arsitekturnya yang menarik. Misalnya, gereja Katedral di
Jakarta dan gereja Bledug di Semarang. Sebutkanlah gereja-gereja kuno lain yang dibangun pada masa pemerintahan Belanda.
Baca juga: Kedatangan Awal Bangsa Barat / Penjelajahan Samudera, semoga bermanfaat :)
0 Response to "Persebaran Agama Kristen (Nasrani) di Indonesia | Daerah-Daerah Persebaran Agama Kristen Pada Masa Kolonial"
Posting Komentar