Kerajaan Pajang (Letak, Tahun Berdiri, Raja-Raja, Derah Kekuasaan, Sejarah, Ekonomi & Politik Kerajaan Pajang)

Kerajaan Pajang terletak di Pajang, Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, Pajang adalah sebuah daerah yang subur dan sangat strategis. Secara geografis kerajaan ini, berada diantara 2 aliran sungai, yaitu sungai pepe dan dengke. Kerajaan ini didirikan pada akhir abad ke-16 M atau tepatnya pada tahun 1568 dengan Raja pertamanya, yaitu Joko Tingkir yang bergelar Sultan Adiwijaya. Setelah berkuasa beberapa waktu, kerajaan ini akhirnya mencapai masa puncak kejayaan pada masa raja pertama mereka, yaitu sultan Hadiwijaya.

Awal Mula Berdirinya Kerajaan Pajang
    Awal mula berdirinya Kerajaan Pajang adalah ketika peperangan antara Aryo Penangsang dan Joko Tingkir (menantu Sultan Trenggono). Peperangan itu terjadi pada tahun 1546 M, ketika sultan Demak telah meninggal dunia. Pertempuran tersebut kemudian dimenangkan oleh Joko Tingkir. ketika terjadi konflik antara Aria Penangsang dan Joko Tingkir (Hadiwijaya), sebenarnya sunan Kudus kurang setuju dengan Hadiwijaya. Namun hal tersebut kandas, ketika Joko Tingkir berhasil memindahkan pusat kerajaan Demak ke daerah Pajang. Pengesahan Joko Tingkir atau biasa disebut dengan Hadiwijaya menjadi sultan pertama kerajaan ini dilakukan oleh Sunan Giri. Masa pemerintahan Hadiwijaya dihabiskan untuk memadamkan pemberontakan-pemberontakan yang kerap dilakukan oleh beberapa bupati yang sebelumnya merupakan pendukung Arya Penangsang.

Daerah Kekuasaan Kerajaan Pajang
    Pada awal berdiri Kerajaan Pajang, wilayah kekuasaannya hanya meliputi daerah Jawa Tengah karena setelah kematian Sultan Trenggono, banyak wilayah jawa Timur yang melepaskan diri. Namun pada tanggal 1568 M, Sultan Hadiwijaya dan para Adipati Jawa Timur dipertemukan di Giri Kedaton oleh Sunan Prapen. Dalam Kesempatan itu, para adipati sepakat mengakui kedaulatan Pajang diatas negeri-negeri Jawa Timur, maka secara sah kerajaan Pajang telah berdiri. Selanjutnya, kerajaan Pajang mulai melakukan ekspansi pelebaran kekuasaan ke beberapa wilayah, meliputi juga wilayah Jawa Timur.
Daerah Kekuasaan Kerajaan Pajang
     Kerajaan Pajang mempunyai hubungan yang sangat baik dengan kerajaan-kerajaan di pesisir utara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sultan Adiwijaya memperoleh dukungan dan pengakuan atas kekuasaannya dari para penguasa daerah, seperti Kedu, Bagelen, Banyumas, dan beberapa daerah di wilayah Jawa Timur. Bahkan untuk memperkuat posisinya, Adiwijaya mengawinkan putrinya dengan Panembahan Lemah Duwur dari Aresbaya. Akibatnya, pada 1580-an Kerajaan Pajang sudah mendapat pengakuan kekuasaan yang luas. Berpindahnya kerajaan Islam dari Demak ke Pajang merupakan kemenangan Islam Kejawen atas Islam ortodoksi.

Sejarah Kerajaan Pajang
    Setelah menjadi raja, Joko Tingkir / Adiwijaya (Hadiwijaya) tidak pernah lupa terhadap jasa-jasa para sahabatnya yang ikut membantu mengalahkan Arya Penangsang. Ki Ageng Pemanahan menerima hadiah tanah di daerah Mataram (Alas Mentaok). Ki Penjawi diberi hadiah di daerah Pati. Keduanya sekaligus diangkat sebagai Bupati di daerah masing-masing. Bupati Surabaya yang banyak berjasa menundukan daerahdaerah Jawa Timur, diangkat sebagai wakil raja dengan daerah kekuasaan Sedayu, Gresik, Surabaya, dan Panarukan.
    Sedangkan Sutawijaya (putra Ki Ageng Pemanahan) diangkat sebagai anak angkat Sultan Adiwijaya dan menjadi saudara Pangeran Benawa. Pangeran Benawa adalah putera mahkota Kesultanan Pajang. Sutawijaya adalah seorang pemuda yang sangat ahli dan cakap dalam bidang militer dan peperangan. Ketika Ki Ageng Pemanahan meninggal dunia pada tahun 1575.

Ketika Sultan Adiwijaya wafat pada tahun 1582, seharusnya digantikan oleh Pangeran Benawa. Namun, ia berhasil disingkirkan oleh Arya Pangiri. Arya Pangiri pun naik tahta menjadi Sultan Pajang pada 1582-1586. Sedangkan Pangeran Benawa hanya dijadikan adipati di Jipang. Ketika menjadi sultan, tindakan Arya Pangiri sangat meresahkan masyarakat karena menyita sepertiga sawah rakyat untuk diberikan kepada para pengikutnya dari Demak.
    Tindakan Arya Pangiri tersebut menyebabkan timbulnya usaha-usaha perlawanan. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Pangeran Benawa untuk menghimpun kekuatan. Ia segera menjalin kerja sama dengan saudara angkatnya, yaitu Sutawiajaya yang telah menjadi Adipati Mataram. Dalam sebuah serangan, Arya Pangiri dengan mudah dapat dikalahkan oleh Pangeran Benawa yang dibantu Sutawijaya pada tahun 1586. Namun, Pangeran Benawa tidak mau membunuh Arya Pangiri dan hanya menyuruh Arya Pangiri untuk kembali ke Demak.
    Setelah berhasil mengalahkan Arya Pangiri, Pangeran Benawa yang lebih berhak atas tahta Pajang justru menyerahkan kekuasaannya kepada Sutawijaya. Pangeran Benawa menyadari bahwa dirinya tidak cukup cakap untuk mengendalikan pemerintahan, menjamin keamanan, dan mempertahankan kekuasaan Panjang yang sangat luas. Di samping itu, Pangeran Benawa merasa tidak mampu bersaing dengan saudara angkatnya. Sutawijaya pun menerima tawaran saudara angkatnya dan sejak saat itu segala kebesaran Pajang dipindahkan ke Mataram.
    Sutawijaya telah lama berharap agar pada suatu saat dapat menjadi seorang sultan. Oleh karena itu, ketika diangkat sebagai Adipati Mataram pada tahun 1575, ia mulai memperkuat kedudukannya dengan membangun benteng di sekeliling istananya. Akhirnya, harapan itu datang, ketika Pangeran Benawa menawarkan atau menyerahkan kekuasaannya kepada Sutawijaya, setelah berhasil mengalahkan Arya Pangiri pada tahun 1586. Tentu, Sutawijaya tidak menolaknya.
    Sejak saat itu, Sutawijaya secara sah menjadi Sultan Pajang. Namun, tidak lama kemudian ia memindahkan ibukota kerajaan ke Kotagede yang terletak di sebelah Tenggara Kota Yogyakarta. Bersamaan dengan itu, nama kerajaan pun berubah menjadi Mataram. Sutawijaya menjadi Sultan Mataram (1586-1601) dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama Kalifatullah. Artinya, sultan yang sekaligus sebagai panglima perang dan pemimpin agama. Peristiwa ini menandai runtuh dan berakhirnya pemerintahan Kerajaan Pajang dan dimulainya Kerajaan Mataram yang bercorak Islam (Kerajaan Mataram Islam).

Raja-Raja yang pernah memimpin kerajaan pajang antara lain:
  1. Joko Tingkir atau Hadiwijaya
  2. Arya Pangiri atau Ngawantipura
  3. Pangeran Benawa atau Prabuwijaya
Kerajaan Pajang Secara Ekonomi dan Politik
  • Karena diapit oleh dua sungai keadaan tersebut mendukung kesuburan tanah wilayah Pajang dan menjadi faktor pendukung berkembangnnya sistem Agraris di kerajaan ini.  Disebutkan bahwa sekitar abad ke 16-17 M, kerajaan ini menjadi salah satu lumbung padi terbesar dan sudah mengekspor beras keluar wilayah mereka.
  • Secara politik, kerajaan Pajang masih mendapat nasihat besar dari para wali. Selain itu, kekuasaan di kerajaan ini didapatkan melalui kekerasan, pedang dan perang.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kerajaan Pajang (Letak, Tahun Berdiri, Raja-Raja, Derah Kekuasaan, Sejarah, Ekonomi & Politik Kerajaan Pajang)"

Posting Komentar