Kerajaan Banten (Peninggalan, Pendiri, Letak, Raja-Raja, Puncak Kejayaan Kesultanan Banten)

Kerajaan Banten terletak di Provinsi Banten, yang berada di ujung barat Pulau Jawa yang pada awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Pendiri Kerajaan Banten adalah Sunan Gunung Jati dan raja pertamanya adalah Hasanuddin yang merupakan anak dari Sunan Gunung Jati. Semula wilayah ini termasuk bagian dari Kerajaan Pajajaran. Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Ageng Tirtayasa.

Peta wilayah Kerajaan Banten

Awal Mula Berdirinya Kerajaan Banten
    Pada awalnya, Banten merupakan pelabuhan atau bandar besar yang berada di bawah kekuasaan Pajajaran. Ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis pada 1511 M, Kesultanan Demak sedang memperluas kekuasaannya di Pulau Jawa. Perluasan wilayah ke kuasaan merupakan salah satu usaha membangun benteng pertahan an melawan Portugis, sekaligus dalam rangka penyebaran agama Islam. Oleh karena itu, Sultan Trenggono dari Kesultanan Demak pada 1522 M mengutus Fatahillah untuk menguasai Banten dengan tujuan sebagai berikut:
  1. menduduki Pelabuhan Banten.
  2. menyebarkan dan melindungi umat Islam yang berada di wilayah Banten.
  3. mengamankan perdagangan lada dari monopoli Portugis.
  4. menggagalkan dan mengusir Potugis dari Sunda Kelapa.
    Fatahillah berhasil menguasai Cirebon dan Sunda Kelapa pada 1527 M. Sejak peristiwa itu, Sunda Kelapa berubah menjadi Jayakarta (Jakarta). Fatahillah memerintah Banten sementara daerah Cirebon diserahkan kepada anaknya, Pangeran Pasarean. Ketika pada 1552 M, Pangeran Pasarean wafat, Fatahillah mengambil alih pemerintahan. Sementara itu, Banten dipimpin oleh putranya bernama Hasanuddin (1552-1570 M). Fatahillah yang tinggal di Cirebon lebih tekun mempelajari agama sampai wafat pada 1570 M dan dimakam kan di Gunung Jati.
    Fatahillah adalah menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah salah seorang wali yang diberi kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon. Syarif Hidayatullah memiliki 2 putra laki-laki, pangeran Pasarean dan Pangeran Sabakingkin. Pangeran Pasareaan berkuasa di Cirebon. Pada tahun 1522, Pangeran Saba Kingkin yang kemudian lebih dikenal dengan nama Hasanuddin diangkat menjadi Raja Banten. Setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten kemudian melepaskan diri dari Demak. Berdirilah Kerajaan Banten dengan rajanya Sultan Hasanudin (1522-1570).

Peninggalan Kerajaan Banten
    Peninggalan Kerajaan Islam Banten di antaranya adalah:
1. Masjid Agung Banten
peninggalan kerajaan banten - masjid banten
2. Sebuah meriam Ki Amuk.
3. Bangunan Peninggalan keraton Surosowan Banten
Bangunan Peninggalan keraton Surosowan Banten

Raja-Raja dan  Sejarah Kerajaan Banten
    Para tokoh pada masa Kerajaan Banten adalah sebagai berikut:
1. Fatahillah
    Fatahillah, seorang musafir Cina yang sebelumnya bernama Feletehan. Dia memperdalam ajaran agama Islam di Kerajaan Demak. Pada mulanya daerah Banten dikuasai oleh Fatahillah. Fatahillah kemudian pindah ke Cirebon karena Banten diserahkan kepada Putra Fatahillah yang lain yaitu Sultan Hasanudin. Fatahillah tetap menekuni agama Islam dan mengundurkan diri ke Gunung Jati. Ia menjadi penyiar agama Islam dan bergelar sunan. Fatahillah wafat pada tahun 1570 dan dimakamkan di Bukit Jati. Fatahillah kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati yang merupakan salah satu tokoh terkenal penyebar agama islam di Jawa yaitu Wali Songo.
Siapakah Fatahillah sebenarnya?
  • Sebelumnya ia bernama Nurullah,
  • Ia berasal dari Pasai dan pergi ke Demak karena Pasai dikuasai Portugis.
  • Ia sangat berjasa kepada Sultan Trenggono dalam mengusir Portugis dari pulau Jawa.
  • Ia diizinkan untuk menyebarkan agama Islam di Banten dan sekitarnya.
  • Ia berhasil mendirikan Kesultan Cirebon pada tahun 1552.
  • Ia meninggal pada tahun 1570 dan dimakamkan di Gunung Sembung.
  • Dalam Babad Cirebon, ia dikenal sebagai Wong Agung Sabrang (pembesar yang berasal dari luar Jawa) dan Ratu Bagus Pase (orang terhormat dari Pasai).
Siapakah Sunan Gunung Jati sebenarnya?
    Sampai saat ini ada dua pendapat yang berbeda mengenai Sunan Gunung Jati:
  • Pertama, mengatakan bahwa Sunan Gunung Jati adalah Fatahillah. Artinya, dua nama yang digunakan oleh orang yang sama.
  • Kedua, mengatakan bahwa Fatahillah dan Sunan Gunung Jati adalah dua nama yang dipergunakan oleh dua orang yang berbeda. Jika pendapat ini benar, maka Sunan Gunung Jati adalah nama lain dari Syarif Hidayatullah sebagaimana diceriterakan dalam Babad Caruban maupun sumber-sumber Portugis yang mengatakan bahwa Fatahillah adalah menantu Sunan Gunung Jati.

2. Sultan Hasanudin (1552–1570)
    Sultan Hasanudin, raja pertama di Kerajaan Banten. Perjuangannya sangat gigih. Pada tahun 1568, Sultan Hasanudin mampu melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Demak. Pada saat itu, di Demak terjadi perebutan kekuasaan setelah Sultan Trenggono wafat.Wilayah kekuasaan Banten hingga ke Lampung. Banten menjadi pusat penjualan dan perdagangan lada. Pada 1570, Sultan Hasanudin wafat.
     Berkat jasa Hasanuddin, Banten berkembang menjadi kesultanan agraris dan maritim. Agama Islam dan kekuasaan Banten berkembang sampai Lampung dan Indrapura. Dalam masalah perdagangan, Banten lebih maju daripada Jayakarta. Setelah Hasanuddin wafat pada 1570 M, takhta kerajaan diteruskan oleh anaknya, Maulana Yusuf.
3. Syeh Maulana Yusuf
    Syeh Maulana Yusuf, putra Sultan Hasanudin. Ketika menjadi raja dikenal dengan sebutan Panembahan Yusuf yang memerintah tahun 1570-1580. Pada masa ini Banten mengalami kemajuan. Pada tahun 1579, Banten berhasil menaklukkan Kerajaan Pajajaran. Dengan takluknya Kerajaan Pajajaran, maka habislah seluruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa Barat.
4. Maulana Muhammad
    Maulana Muhammad, pengganti Penembahan Yusuf. Maulana Muhammad menjadi raja dengan gelar Kanjeng Ratu Banten. Maulana memperluas Kerajaan Banten dengan menyerang Palembang. Waktu itu Palembang dipimpin oleh Ki Gede Ing Suro. Ki Gede Ing Suro adalah seorang penyiar agama Islam keturunan Surabaya yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar keislaman di Palembang. Dalam pertempuran itu Sultan Banten gugur.
5. Abdulmufakhir
    Abdulmufakhir, pengganti Maulana Muhammad yang telah gugur. Namun karena usianya masih muda ia didampingi oleh Pangeran Ranamenggala sebagai mengkubumi. Pangeran Ranamenggala mengendalikan pemerintahan ini tahun 1600-1624 selama pemerintahan ini Kerajaan Banten mengalami kemajuan. Banten menjadi pusat perdagangan lada dan cengkih. Cournelis de Houtman
seorang pedagang Belanda berkunjung ke Banten tanggal 22 Juni
1596.
6. Sultan Ageng Tirtayasa (Abu Fatah Abdulfatah)
    Sultan Ageng Tirtayasa, Raja Banten yang memerintah tahun 1651 - 1692. Pada masa ini Banten semakin maju. Hasil pertanian melimpah. Penyiaran agama Islam semakin pesat dengan ditunjang oleh ulama besar seperti Syekh Yusuf dari Sulawesi. Kerajaan Banten menjalin hubungan baik dengan luar negeri seperti Turki dan Moghul. Walaupun membina hubungan baik dengan negara lain. Sultan Ageng Tirtayasa tidak bersedia bekerja sama dengan Belanda.
    Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sangat membenci Belanda. Hal ini dibuktikan dengan usaha Sultan Ageng untuk melawan Belanda sebanyak tiga kali. Akan tetapi, anaknya sendiri Sultan Haji bekerja sama dengan Belanda untuk meruntuhkan kekuasaan Sultan Ageng. Akhirnya, Sultan Ageng ditawan Belanda dan Sultan Haji naik takhta menggantikan Sultan Ageng atas bantuan Belanda.
    Selama masa pemerintahannya, Sultan Ageng terlibat pertempuran melawan VOC sebanyak tiga kali sehingga membuat repot VOC. Kegigihan Sultan Ageng justru ditentang oleh putra mahkotanya sendiri yang bernama Sultan Haji. Kesempatan ini dimanfaatkan VOC untuk menggunakan politik adu domba sehingga tidak lama kemudian Sultan Ageng dapat ditangkap dan diasingkan hingga beliau wafat.
7. Sultan Abdulnasar Abdulkahar (Sultan Haji)
    Sultan Abdulnasar Abdulkahar, pengganti Sultan Ageng Tirtayasa. Sikap kerajaan masih tetap tidak mau bekerjasama dengan Belanda. Namun, kekuatan Belanda semakin kuat di Banten. Akibatnya, kerajaan Banten menjadi runtuh. 
    Dua tahun setelah Abdulnasar Abulkahar (Sultan Haji) menjadi sultan, Belanda menuntut jasa kepada sultan. Sultan dipaksa menandatangani Perjanjian Banten yang isinya mengakhiri kekuasaan mutlak atas daerahnya sendiri. Sejak saat itu, yang berkuasa di Banten sebenarnya adalah Belanda.

Kerajaan Banten Menjadi Pusat Perdagangan
    Pengaruh Kerajaan Banten sampai ke Lampung. Artinya, Bantenlah yang menguasai jalu perdagangan di Selat Sunda. Para pedagang dari Cina, Persia, Gujarat, Turki banyak yang mendatangi bandar-bandar pelabuhan di Banten.
Peta pelabuhan kerajaan banten Banten sebagai pusat perdagangan
Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan selain karena letaknya sangat strategis, Banten juga didukung oleh beberapa faktor di antaranya jatuhnya Kerajaan Malaka ke tangan Portugis (1511) sehingga para pedagang muslim berpindah jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Faktor lainnya, Banten merupakan penghasil lada dan beras, komoditi yang laku di pasaran dunia.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kerajaan Banten (Peninggalan, Pendiri, Letak, Raja-Raja, Puncak Kejayaan Kesultanan Banten)"

Posting Komentar